Sejarah dan Filosofi Ketupat dalam Tradisi Lebaran di Indonesia

Sejarah dan Filosofi Ketupat dalam Tradisi Lebaran di Indonesia

Ketupat menjadi salah satu hidangan khas yang identik dengan perayaan Lebaran di Indonesia. Makanan berbahan dasar beras yang dibungkus anyaman daun kelapa ini bukan sekadar sajian, tetapi juga memiliki sejarah panjang dan makna filosofis yang mendalam. 

Di balik bentuknya yang unik, ketupat mengandung filosofi mendalam tentang kehidupan dan spiritualitas. Oleh karena, simak artikel ini untuk mengetahui asal-usul ketupat dan maknanya sebagai simbol refleksi diri serta kebersamaan dalam tradisi Lebaran.

Ringkasan

  • Pilih olahraga ringan dan berdurasi pendek, seperti jalan santai, jogging, atau lompat tali, agar tubuh tetap aktif tanpa menguras energi saat berpuasa.
  • Lakukan olahraga di waktu yang tepat, seperti setelah sahur atau menjelang berbuka puasa, untuk mencegah dehidrasi dan kelelahan.
  • Utamakan gerakan sederhana tanpa alat, seperti squat, push-up, dan senam kardio ringan yang bisa dilakukan di ruang kelas atau halaman sekolah dengan nyaman.

Bagaimana Sejarah Ketupat Menjadi Identik Lebaran?

Sumber Gambar : Freepik

Ketupat diyakini mulai digunakan sebagai media dakwah Islam oleh Sunan Kalijaga pada abad ke-15 hingga 16. Ia memperkenalkan ketupat sebagai simbol perayaan hari raya Islam, terutama pada masa pemerintahan Raden Patah di Kerajaan Demak. 

Sunan Kalijaga memanfaatkan ketupat untuk menarik perhatian masyarakat pesisir utara Jawa, yang kemudian menjadi bagian dari akulturasi budaya Islam dengan tradisi lokal. Meskipun erat kaitannya dengan Islam, sejarah ketupat dalam tradisi lebaran juga memiliki jejak yang lebih lama di Nusantara.

Apa Makna Filosofi Ketupat?

Dalam tradisi Jawa dan Sunda, filosofi ketupat dalam tradisi lebaran disebut “kupat,” yang memiliki makna ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Selain itu, ketupat juga melambangkan laku papat, yaitu empat nilai kehidupan yang tercermin dari keempat sisinya.

Setiap sisi ketupat memiliki filosofi mendalam, yakni Lebaran (pintu ampun terbuka lebar), Luberan (berbagi rezeki dengan sesama), Leburan (melebur dosa selama setahun), dan Laburan (mensucikan diri seperti bayi baru lahir). 

Dibuat dari janur atau daun kelapa, ketupat mencerminkan identitas budaya pesisir dan perbedaan warna khas dengan Timur Tengah maupun Asia Timur.

Kesimpulan

Ketupat bukan sekadar hidangan khas Lebaran, melainkan simbol yang sarat makna dalam tradisi budaya dan keagamaan masyarakat Indonesia. Bentuknya yang unik dengan anyaman janur serta isian beras yang padat melambangkan kesederhanaan, kekuatan ikatan sosial, dan makna pembersihan diri setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa.

Tradisi ketupat Lebaran menjadi simbol silaturahmi dan saling memaafkan, yang mempererat hubungan antar keluarga serta masyarakat. Sejarah dan filosofi ketupat pun menjadi warisan budaya yang menandai perpaduan nilai Islam dan kearifan lokal.

Referensi:

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7298468/ketupat-dan-lebaran-ketupat-sejarah-dan-makna-filosofisnya

https://www.kompas.com/tren/read/2024/04/10/200000065/menelusuri-sejarah-ketupat-dan-maknanya-sebagai-makanan-khas-lebaran?page=all

FAQ

Ketupat diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga pada abad ke-15 hingga 16 sebagai bagian dari dakwah Islam, terutama pada masa Kerajaan Demak.

Janur dipilih karena mudah dibentuk, tahan panas, dan memiliki makna simbolik dalam budaya Jawa sebagai lambang kesucian dan harapan baru.

Meskipun ketupat populer dalam tradisi Lebaran Islam, makanan berbahan dasar nasi dalam anyaman daun ini sudah dikenal lebih dulu di Nusantara sebagai bagian dari budaya lokal.

Related Posts
Leave a Reply

Your email address will not be published.Required fields are marked *